Untuk menikmati masa idle hari ini, aku buka-buka file lamaa.. Eh ga disangka-sangka aku nemu beberapa puisi, lirik-lirik ost drama korea jaman baheula, catetan tentang kejadian geje, dan satu buah cerpen. Pas dibaca jadi harayang seuri, termasuk si cerpen yang geje abis. hahaha.. Btw cerpen ini merupakan karya pertama dan satu-satunyaa aku (limited edition lho :p) , di bikin demi tuntutan tugas pelajaran Bahasa Indonesia pas kelas 2 SMA.
Dulu aku bikin-nya sampe googling-googling, nyari nama tempat, deskripsi tempat, list festival musim panas di Jepang, dll. Terus nama-namanya di ambil dari tokoh-tokoh komik yang pernah di baca plus dorama yang pernah di tonton. Aku sambung-sambungin, ak karang-karangin. Gatau dah nyambung apa gaaa, masuk akal apa gaaa, yang penting tugas selesai.. Bwahahaha....
Mau tau cerpen limited edition-nya? kekekeke~~~~
Lets see...
******************************************************************************************************************************************************************************
Summer in Japan
Sinar matahari memaksa masuk ke kamarku lewat jendela
yang baru saja kubuka. Cahayanya memantul ke sebuah pigura yang terpampang di
dinding kamarku, sebuah foto keluarga berlatar Jam Gadang. Ah..aku jadi teringat ayah dan ibuku..
Namaku
Kei Shinpo, lahir di Padang 16 tahun lalu. Ayahku orang Jepang asli sedangkan
ibuku orang Indonesia. Sejak lahir aku memang tinggal di Indonesia tepatnya di
kota Padang. Tetapi saat ini aku tinggal di Jepang, karena kata ayahku “sudah
waktunya aku mengenal negeriku yang lain”. Tentu saja aku sangat senang. Oleh
karena itu pada musim panas tahun ini, aku akan memulai masa SMA-ku di Jepang.
Bahasa tak jadi masalah bagiku, karena ayah dan ibuku
sering menggunakan bahasa Jepang dalam kehidupan sehari-hari. Lagipula sejak
kecil aku pun sudah diajarkan membaca dan menulis huruf- huruf Jepang oleh ibuku, maklum ibuku memang mengambil
jurusan Sastra Jepang saat kuliah, dan itulah yang membuat ibuku bertemu dengan
ayahku (tapi aku tidak akan menceritakan
kisah itu karena itu adalah kisah yang lain). Lalu sejak kelas 5 SD aku
mengikuti les Bahasa Jepang. Sehingga tak mengherankan Bahasa Jepangku sudah
cukup fasih, Kanji-ku pun oke. Aku tiba di Bandara Narita 2 minggu yang lalu.
Dan kini aku tinggal di rumah bibiku.
BRAAAAAAAAk.… Pintu terbanting keras sekali membuat
lamunanku buyar. Sepertinya arwahku telah kembali ke tubuhku.
“Ran..ada apa?? Kok buru-buru bgt sih?? Bikin kaget aja
tau..”
“Kei…pokoknya kamu harus turun sekarang juga..
cepet…..cepet…ayo..”, bujuk Ran sambil menarik-narik pergelangan tanganku. Ran
adalah sepupuku, dia anak bungsu keluarga Amakusa ini. Dia seumur denganku,
mulai besok kami akan masuk koto-gako (setingkat SMA) yang sama.
***
“Kak Aya??!!”, aku
menatap orang yang ada dihadapanku tanpa berkedip, seolah tak percaya bahwa
orang yang kunantikan sejak hari pertamaku di Jepang sedang berdiri
dihadapanku. Tanpa diberi komando aku pun berlari memeluk Kak Aya.
Kak Aya adalah anak sulung keluarga Amakusa. Dia
sangat pintar dan cantik. Kak Aya sedang belajar di Universitas Tokyo, jurusan
fisika. Pertama kali aku bertemu Kak Aya pada umur 10 tahun, Kak Aya sangat
baik padaku, karena itu aku sangat merindukannya.
“Kak Aya kapan dateng?? Tadi malem ya?? Kenapa
ga bilang?? Kan aku pengen nyambut Kak Aya!! Kak Aya kemana aja?? Katanya Kak
Aya ke rumah sakit ya?? Emangnya Kak Aya sakit apa??”, tanyaku kepada Kak Aya
dengan cemas.
“ih…Kei
cerewet banget siih.. Kak Aya gapapa ko!! Kei sendiri gimana??”, Kak Aya
menjawab pertanyaanku sambil menyunggingkan senyumnya yang manis. Senyuman yang
dapat menenangkan hatiku. Tapi entah mengapa senyumnya itu terasa berbeda,
tidak seperti biasanya. Kutatap wajahnya, kulitnya pucat dan matanya sembab.
Tapi aku terlalu asyik dengan kesenanganku. Aku tidak
begitu mempedulikan keadaan Kak Aya.
“Aku sehat ko!! Malahan saking sehatnya aku kelewat
semangat!! Eh..Kak Aya hari ini aku mau kan mau ke taman Hachikoen. Tapi
Ranpyon lagi ada acara, jadi ga bisa nganterin aku. Gimana kalo Kak Aya aja
yang nganterin…?”
“hmm…maaf..Kei….kayanya Kak Aya gabisa … so..soalnya….”
Tiba-tiba Kak Sai bergabung dengan kami…
“Heehh…Kei…!! Sejak kau disini kita kan blum pernah
jalan-jalan! Gimana kalo aku aja yang nganterin kamu ke Taman Hachikoen??”, Kak
Sai menawarkan diri. ”Ayappe, masuk kamar sana!!”, bentak Kak Sai kepada Kak
Aya.
Tumben Kak
Sai baik… waaah…pasti dia punya maksud tertentu!! Tidak…aku tidak mau.. dia
pasti akan menganiayaku, atau jangan-jangan dia mau menjualku?? Yaaa…pasti
begitu… dia pasti mau menjualku kepada om-om hidung belang. Oh…aku tidak
menyangka Kak Sai begitu. Tidak…dia memang bejat…. Ooh…aku baru tau ternyata
orang Jepang sama saja dengan orang Indonesia, aku
berkata dalam hati dengan yakin.
“Heii gila.. mau dianterin ga??”, bentak Kak Sai. Tapi aku
tak bergeming. “Keiiiiii… weiii kenapa bengong?? Saya cakep ya?? Hahahahha… ga
usaah sampe melongo gitu deh ngeliatnya…!! Mukanya jadi tambah bloon. Hahahaha…”
Lagi-lagi Kak Sai membanggakan dirinya.
Apa benar orang yang
ada dihadapanku ini kakaknya Ranpyon?? Bukan…dia pasti bukan Saito Amakusa. Dia
pasti orang gila yang menyamar sebagai Kak Sai. Dia pasti orang gila yang
memanfaatkan kemiripan wajahnya untuk mengeruk keuntungan dari keluarga
Amakusa. Yaaa..pasti begitu… dan Kak Sai yang asli saat ini sedang dikurung di
dalam gudang!!, pikirku sepersekian detik, yang membuat otakku kelihatan
seperti orang gila.
Tapi tuduhan ini sebenarnya bukan tanpa alasan. Menurut
Ran, Kak Sai yang besok akan menjadi anak kelas 3 SMA adalah siswa populer di
sekolah. Kak Sai adalah idola para cewek. Hal ini terbukti dari pendapatan
cokelat pada hari valentine, dalam dua tahun terakhir ini Kak Sai mendapat
predikat sebagai ‘cowok yang mendapat cokelat valentine terbanyak’. Tapi
menurutku, Kak Sai yang ada dihadapanku ini tidak mempunyai karisma sebagai
idola. Sifatnya yang menyebalkan pun pasti membuat para cewek jadi illfeel.
Jadi aku berfikir,pasti orang yang ada di hadapanku ini bukan Kak Sai.
Tetapi akhirnya aku pergi ke Taman Hachikoen dengan Kak
Sai.
***
Taman Hachikoen terletak
tidak jauh dari Shibuya. Jadi sebelum kami kesana, kami jalan-jalan berkeliling
Shibuya. Tadinya aku mau naik kereta bawah tanah menuju Akihabara, tempat
penjualan elektronik terbesar di dunia. Tapi kelihatannya Kak Sai tidak
menginginkan itu, maka kami segera menuju Taman Hachikoen. Mungkin karena
sedang libur, taman itu menjadi sangat ramai. Lalu Kak Sai berjalan menuju
patung anjing di tengah taman, aku mengekor saja dari belakang. Setelah
mencari-cari selama sepuluh menit, akhirnya kami bisa mendapatkan tempat duduk.
“Kei..kau tau tidak??? Ayappe itu….” Kak Sai memulai
pembicaraan, wajahnya serius.
“Kak Sai.. Kak Aya itu kan kakakmu!! Kenapa kau panggil dia
Ayappe?? Ga sopan tau!!”, tiba-tiba aku punya keberanian untuk menceramahi Kak
Sai.
“Ayappe itu panggilan sayangku untuknya… Hmm… Kei…Kei… kau
tau???”, Kak Sai bertanya seperti orang bingung.
“Apa??”
“Kau tau alasan kenapa Ayappe tidak bisa mengantarmu hari
ini???”
“Haah??”, aku benar-benar bingung, perasaanku jadi tidak
enak.
“Sebenarnya Ayappe baru saja didiagnosa menderita
penyakit….uhm..”
“Haah??”
“Dia
menderita penyakit.. uhmm… semacam penyakit yang menjurus kepada kanker kulit
”, Kak Sai berkata sambil menghela nafas.
“Haah??”,
lagi-lagi aku mengeluarkan kata ‘Haaah??’.
“yaa… tepatnya
dia menderita Xeroderma Pigmentosum.”
“Penyakit
apa itu Kak??” tanyaku.
“Xeroderma
Pigmentosum itu adalah suatu penyakit pada kulit yang jarang dijumpai, dimana
kulit sangat peka terhadap sinar matahari terutama sinar ultra violet”, jelas
Kak Sai.
“Kalo Kak Aya ga
boleh kena sinar matahari, berarti Kak Aya cuman bisa keluar malem aja dong??”
Kak Sai menganggukan
kepala, terlihat ketidakrelaan untuk mengakui semua itu.
“Emangnya kalo kena
sinar matahari kenapa??”, aku bertanya dengan cemas.
“Akan timbul bercak-bercak pada kulitnya, dan ini menjurus
ke arah kanker kulit. Bila penderitanya terkena sinar matahari lebih dari 5
menit saja, bisa menyebabkan kematian”, Kak Sai menjelaskan padaku sambil
menatap langit biru.
Hatiku sakit.. kepalaku mendadak pusing.. air
mataku pun mengalir deras..
***
“Sousa Kanashimi wo yasashisa ni. Jibun rasisha wo
chikara ni. Mayoinagara demo ii arukidashite. Mou ikkai.. mou ikkai..”
Saat lagu ost naruto berjudul ‘Kanashimi wo yasashisa ni’
yang dinyanyikan little by little terdengar, aku pun terbangun. Lalu dengan
segera kumatikan alarm hp ku itu. Kalau di Indonesia, aku tak perlu lagi
menyetel alarm, karena ketika mendengar adzan Shubuh secara otomatis aku akan
terbangun. Memang benar, kita baru menyadari sesuatu yang penting begitu kita merasakan
kehilangan. Begitu pula yang terjadi padaku, disini aku sangat merindukan adzan
yang hanya bisa kudengarkan lewat internet.
Di Jepang aku belum pernah ke mesjid, karena keluarga
Amakusa ini menganut agama Shinto. Jadi aku agak tidak enak hati
untuk minta mereka mengantarkanku. Sudah
kuputuskan pulang sekolah nanti aku akan berangkat sendiri kesana. Ran
sudah memberitahukan alamat mesjid yang terdekat dengan sekolahku.
Mesjid At-Tauhid
Najito
Biru 36-6
Hiraoka
Hachiory City,
Tokyo
***
Meskipun
berat kulangkahkan kakiku ke kamar mandi untuk berwudhu. Lalu ketika melewati
kamar Kak Aya aku mendengar isakannya. Hatiku perih..
Selesai salat, aku mencari ide untuk menghibur Kak Aya.
Kupandangi buku-buku koleksiku satu persatu. Aku mencari buku yang kiranya bisa
membangkitkan semangat Kak Aya. Hmm…
-
Harry Potter 1-7,
buku favoritku
-
24 Wajah Billy dan
Sybill, kisah orang yang memiliki kepribadian jamak
-
The
Da Vinci Code, buku favoritku juga
-
Dunia
di Balik Kaca, kisah orang autis
Dan……. Ya
ampun…. Semua bukuku kan bahasa Indonesia. Gimana Kak Aya bacanya??
***
Aku keluar
dari kamarku dengan menggunakan seragam baruku. Seragamnya kereeeeen…banget!! Sebenernya hal ini ga aneh, karena di
Jepang seragam sekolah sering kali di anggap sebagai suatu bagian dari mode
fashion dan life style. Aku menggunakan seragam gaya barat, kemeja warna putih,
dasi bersimpul, rok tartan, blazer, sepatu peany loafer warna hitam, juga loose
sock. Pokoknya keren banget dehh..
Ketika aku
mau ke kamar Ranpyon, terlihat olehku Kak Sai yang masuk ke kamar Kak Aya. Aku
mengintip dari luar. Waaah..sejak kapan
aku jadi gemar mengintip??? Tapi aku benar-benar penasaran. Ngapain sih si
Saito yang narsis itu ke kamar Kak Aya?
Saat itu
yang kulihat hanyalah Kak Sai yang meberikan
sebuah DVD. ‘One litre of tears’ yaa..itu judulnya.. aku pernah menontonnya
sewaktu di Indonesia. Ceritanya mengenai Aya Ikeuchi yang mengidap penyakit
Spinocerebellar Degeneration. Tetapi meskipun begitu dia tetap optimis
menjalani hidupnya hingga akhir.
“Ayappe,
sudahlaah jangan bersedih terus!!”, bentak Kak Sai sambil berlalu “oooh..ya
jangan lupa ditonton ya DVDnya!!”
Aku
tersenyum melihat adegan itu. Akhirnya aku percaya dia Kak Sai yang asli,
karena dia sangat menyayangi Kak Aya.
***
“Aku pulang!!”, ucapku sambil masuk rumah. Aku sangat
gembira, hari pertamaku masuk sekolah sangat menyenangkan. Hari ini aku pulang
sendiri, karena tadi aku pergi ke mesjid dulu. Hatiku
menjadi tenang sekali….
“Keiii..ayo sini!! Konser Super Junior bulan lalu ditayangkan
lagi hari ini”, kata Ranpyon bersemangat.
Aku segera bergabung tanpa mengganti pakaian terlebih
dahulu. Dan ternyata Kak Sai juga belum mengganti seragamnya. Ehh..
“Kak Sai, ada apa dengan blazermu??? Kok kancingnya tinggal
satu??” aku menatap blazer Kak Sai dengan bingung.
“Naaah..beginilah akibatnya jadi orang populer!! Ran
ayo jelaskan pada si cerewet Kei!!”
“Kei..di Jepang itu ada semacam kebiasaan. Setelah upacara
kelulusan, para cewek akan meminta kancing orang yang disukainya. Sementara kancing
cowok populer akan diperebutkan oleh para fansnya”, jelas Ran.
“upacara kelulusan?? Ini kan baru upacara awal semester!!”, aku makin
bingung.
“Naah..itu gara-gara aku sangat populer, jadi mereka
ketakutan saat kelulusan nanti ga akan kebagian”, ucap Kak Sai dengan bangga.
“ahh…jangan terlalu di dramatisin.. kulihat kau tak
sepopuler itu.. buktinya kancingnya masih tersisa.”
“keii..kau tidak mengerti!! Kancing no dua itu spesial,
jadi harus diberikan kepada orang yang spesial pula. Dan aku tak akan
memberikannya ke sembarang orang”, kata Kak Sai.
“Sudahlah itu tidak penting.. Keii.. lihat ini!!”, Ran
memotong pembicaraanku dengan Kak Sai dan memperlihatkan hp nya.
“Bukankah itu foto tas??”, tanyaku.
“yapp..benar..tapi ini bukan sembarang tas. ini tas Chieki-kun”
”Lalu apa istimewanya??? Cuma foto aja kan??”
”Kei...ini tas Chieki-Kun. Kaka kelas kita yang keren itu
loo... Aku akan mengabadikannya. Lalu besok aku akan memfoto baju olahraganya.
Lalu wajah tampannya... dan akhirnya cintanya akan jadi milikku”, Ran mengoceh
tanpa henti.
”STOOP..Ranpyon!!!
aku sudah mengerti..”, bentakku pada Ran.
Aku segera beranjak menuju kamarku. Merasa itu hal terbaik
yang bisa aku lakukan daripada aku tambah pusing. Huuuh...ORANG ORANG JEPANG ITU ANEH SEKALII..
Tapi ketika aku naik tangga terdengar teriakan Kak Sai...
”Keii.. besok kita akan melihat perayaan Tanabata”
***
Hari ini
tanggal 7 Juli. Aku merayakan peryaan Tanabata ini bersama Kak Sai dan Kak Aya
(aku memaksanya). Sedangkan Ran pergi reuni dengan teman-teman SMP-nya. Hari
ini aku memakai yukata (sejenis
kimono yang lebih tipis dan praktis terbuat dari bahan katun) yang baru kubeli
di Shibuya. Begitu juga dengan Kak Aya, dia terlihat sangat cantik. Sedangkan
Kak Sai memakai hitoe (kimono untuk
cowok). Hmm...harus kuakui Kak Sai
terlihat sangat keren.
Kata Kak Aya perayaan Tanabata (Festival Bintang) ini
merupakan percampuran sebuah legenda Cina dengan kepercayaan Jepang kuno
mengenai dua buah bintang yang terletak di kedua ujung Bimasakti yaitu bintang
Alfair (si pengembala) dan bintang Vega (si penenun). Mereka dihukum oleh raja
dewa karena terlalu banyak bermain sehingga hanya dapat bertemu satu tahun
sekali yaitu pada tanggal 7 Juli.
Perayaan Tanabata ini ramai sekali. Banyak pedagang yang
menggelar dagangannya secara teratur dan rapi. Ada yang
menjual makanan, dan ada juga yang menggelar permainan dengan hadiah beragam.
Kami bermain macam-macam. Diantaranya adalah Kingyou Sukui pemainan memancing ikan mas kecil dengan saringan
kertas, Kak Sai berhasil melakukannya dan mendapat sebuah lampion kecil.
Setelah itu kami mencoba bermain wanabe,
permainan lempar gelang yang berhadiah boneka kelinci imut-imut. Lalu yoyo sukui, memancing balon warna-warni
dengan sebuah kait. Dan pada permainan ini aku berhasil mendapatkan balon air.
Setelah puas bermain, kami mencari-cari stan makanan. Dan
kalian tahu?? Aku makan banyak sekali. Aku makan makan takoyaki, yakisoba, yaki-toumorokoshi, oden, dan inarizushi. Wah semuanya enaaaak!! Lalu setelah itu aku menyaksikan pertunjukan
daiko dan bon-odori.
”Daiko itu permainan tabuh genderang yang biasanya
dimainkan pada Natsu Matsuri
(Festival yang diramaikan oleh pasar malam dan perayaan kuil). Sedangkan Bon
Odori adalah tarian yang mengiringi Daiko”, jelas Kak Aya dengan sabar ketika
aku melongo mendengar istilah itu.
o...ya aku juga membeli dua buah omamori (jimat keberuntungan) yaitu Kanai Anzen jimat keberuntungan untuk kesehatan, dan Gakugyo Jojo jimat untuk para pelajar
sekolah agar sukses dalam studi.
Pada akhir acara juga diadakan Hanabi Taikai atau pertunjukan kembang api yang meriah. Aku
memandang langit dengan perasaan bahagia. Pokoknya hari ini aku seneng
banget..!!
***
Pada
perayaan Tanabata, orang-orang merayakannya dengan menuliskan keinginan atau
harapan mereka di kertas warna-warni yang kemudian digantungkan di
cabang-cabang pohon bambu atau di hanyutkan di sungai. Karena orang-orang di
kota kebanyakan tinggal di apartemen dan sulit menemukan pohon bambu, di
Stasiun kereta biasanya disediakan pohon bambu beserta potongan kertasnya.
Maka sebelum pulang kami mampir dulu ke Stasiun. Kami
menuliskan keinginan dan menggantungkannya di pohon bambu tersebut. Setelah
lama berfikir, akhirnya aku menuliskan satu permintaan.
”Aku ingin Kak Aya semangat kembali”
***
Keesokan harinya untuk pertama kalinya sejak Kak Aya pulang
dari Rumah Sakit, Kak Aya ikut sarapan pagi bersama. Suasana sarapan hari itu
hening, semua orang tertegun dengan kemunculan Kak Aya.
Tiba-tiba Kak Aya bicara sambil memandang kami semua..
“Hmm..ayah...ibu..Sai..Ran..Kei.. maafkan Aya ya?? Aya
benar-benar minta maaf.. Aya takuut..Aya belum siap nerima ini semua..tapi kini
Aya sadar.. ini takdir Aya..”
”Terima kasih Sai..ini karena kamu.. Tadinya Kaka ga ngerti
maksud kamu nyuruh Kaka nonton dvd itu..
Karena Kaka sebenernya udaa pernah liat.. Tapi ketika Kaka lihat lagi.. Kaka
ngerti maksud kamu.. ngerti gimana
perasaan kalian semua... Aya tau.. Semua ingin Aya seperti Aya Ikeuchi.. Aya
yang Kuat dan tetep semangat meskipun tahu hidupnya sebentar lagi... Aya mulai
hari ini akan berusaha..... berusaha tersenyum... ” ujar Kak Aya sambil
terisak.
Aku, Ran, dan Bibi tak kuasa menahan tangis. Bibi pun
memeluk Kak Aya, sambil mengusap rambutnya dan mencium keningnya. Paman dan Kak
Sai berlagak tegar, karena dalam diam mereka itu aku bisa melihat matanya yang
panas.. terlihat kepedihan mendalam..
Suasana haru menyelimuti
kami...
Tiba-tiba Kak Sai melepas kancing blazernya, ”Aya aku
berikan kancing no dua yang spesial untuk orang yang spesial pula”
Kak Sai menyerahkan kancing itu ke tangan Kak Aya sambil
tersenyum.
”Saiiii...” Kak Aya terpana, pipinya basah karena air mata.
”Aku
sayang kalian...” lanjutnya.
Kak Sai
hanya tersenyum dan bergegas mengambil tasnya sambil berjalan keluar, ”Aku
berangkat ya!!”.
Aku dan
Ran menatap Kak Sai dengan kagum.. Kak Sai kereeen deh!! Desiran halus
menyelimuti hatiku. Aku tersenyum.. Aku sangat menyayangi Kak Sai.. Tentu saja
rasa suka seorang adik terhadap kakaknya. Aku menatap sosoknya dengan bangga.
Aku dan
Ran berlari mengejar Kak Sai untuk menyamai langkahnya. Dia menggoda kami berdua yang terus menatapnya
kagum.. Tapi lama-kelamaan Kak Sai tersenyum melihat tingkah laku kami, dia pun
mengelus kepala kami berdua.
Ayah...Ibu....aku
sangat merindukan kalian...
Ayah...Ibu....aku
janji akan selalu semangat seperti Kak Aya
Ayah...Ibu....musim
panas di Jepang kali ini sangat indah karena aku di kelilingi oleh orang-orang
yang menyayangiku...
***
No comments:
Post a Comment