Sunday, November 9, 2014

Limited Edition : Summer in Japan

Seperti biasa di saat males kerja,  aku meng-idle-kan diri (read : nambah-nambah pendingan) :D

Untuk menikmati masa idle hari ini, aku buka-buka file lamaa.. Eh ga disangka-sangka aku nemu beberapa puisi, lirik-lirik ost drama korea jaman baheula, catetan tentang kejadian geje, dan satu buah cerpen. Pas dibaca jadi harayang seuri, termasuk si cerpen yang geje abis. hahaha.. Btw cerpen ini merupakan karya pertama dan satu-satunyaa aku (limited edition lho :p) , di bikin demi tuntutan tugas pelajaran Bahasa Indonesia pas kelas 2 SMA.

Dulu aku bikin-nya sampe googling-googling, nyari nama tempat, deskripsi tempat, list festival musim panas di Jepang, dll. Terus nama-namanya di ambil dari tokoh-tokoh komik yang pernah di baca plus dorama yang pernah di tonton. Aku sambung-sambungin, ak karang-karangin. Gatau dah nyambung apa gaaa,  masuk akal apa gaaa, yang penting tugas selesai.. Bwahahaha....

Mau tau cerpen limited edition-nya? kekekeke~~~~
Lets see...




******************************************************************************************************************************************************************************


Summer in Japan

          Sinar matahari memaksa masuk ke kamarku lewat jendela yang baru saja kubuka. Cahayanya memantul ke sebuah pigura yang terpampang di dinding kamarku, sebuah foto keluarga berlatar Jam Gadang. Ah..aku jadi teringat ayah dan ibuku..

          Namaku Kei Shinpo, lahir di Padang 16 tahun lalu. Ayahku orang Jepang asli sedangkan ibuku orang Indonesia. Sejak lahir aku memang tinggal di Indonesia tepatnya di kota Padang. Tetapi saat ini aku tinggal di Jepang, karena kata ayahku “sudah waktunya aku mengenal negeriku yang lain”. Tentu saja aku sangat senang. Oleh karena itu pada musim panas tahun ini, aku akan memulai masa SMA-ku di Jepang.

          Bahasa tak jadi masalah bagiku, karena ayah dan ibuku sering menggunakan bahasa Jepang dalam kehidupan sehari-hari. Lagipula sejak kecil aku pun sudah diajarkan membaca dan menulis huruf- huruf Jepang  oleh ibuku, maklum ibuku memang mengambil jurusan Sastra Jepang saat kuliah, dan itulah yang membuat ibuku bertemu dengan ayahku (tapi aku tidak akan menceritakan kisah itu karena itu adalah kisah yang lain). Lalu sejak kelas 5 SD aku mengikuti les Bahasa Jepang. Sehingga tak mengherankan Bahasa Jepangku sudah cukup fasih, Kanji-ku pun oke. Aku tiba di Bandara Narita 2 minggu yang lalu. Dan kini aku tinggal di rumah bibiku.

          BRAAAAAAAAk.… Pintu terbanting keras sekali membuat lamunanku buyar. Sepertinya arwahku telah kembali ke tubuhku.

          “Ran..ada apa?? Kok buru-buru bgt sih?? Bikin kaget aja tau..”

       “Kei…pokoknya kamu harus turun sekarang juga.. cepet…..cepet…ayo..”, bujuk Ran sambil menarik-narik pergelangan tanganku. Ran adalah sepupuku, dia anak bungsu keluarga Amakusa ini. Dia seumur denganku, mulai besok kami akan masuk koto-gako (setingkat SMA) yang sama.

***
         
“Kak Aya??!!”, aku menatap orang yang ada dihadapanku tanpa berkedip, seolah tak percaya bahwa orang yang kunantikan sejak hari pertamaku di Jepang sedang berdiri dihadapanku. Tanpa diberi komando aku pun berlari memeluk Kak Aya.

          Kak Aya adalah anak sulung keluarga Amakusa. Dia sangat pintar dan cantik. Kak Aya sedang belajar di Universitas Tokyo, jurusan fisika. Pertama kali aku bertemu Kak Aya pada umur 10 tahun, Kak Aya sangat baik padaku, karena itu aku sangat merindukannya.

          “Kak Aya kapan dateng?? Tadi malem ya?? Kenapa ga bilang?? Kan aku pengen nyambut Kak Aya!! Kak Aya kemana aja?? Katanya Kak Aya ke rumah sakit ya?? Emangnya Kak Aya sakit apa??”, tanyaku kepada Kak Aya dengan cemas.

          “ih…Kei cerewet banget siih.. Kak Aya gapapa ko!! Kei sendiri gimana??”, Kak Aya menjawab pertanyaanku sambil menyunggingkan senyumnya yang manis. Senyuman yang dapat menenangkan hatiku. Tapi entah mengapa senyumnya itu terasa berbeda, tidak seperti biasanya. Kutatap wajahnya, kulitnya pucat dan matanya sembab. Tapi aku terlalu asyik dengan kesenanganku. Aku tidak begitu mempedulikan keadaan Kak Aya.

          “Aku sehat ko!! Malahan saking sehatnya aku kelewat semangat!! Eh..Kak Aya hari ini aku mau kan mau ke taman Hachikoen. Tapi Ranpyon lagi ada acara, jadi ga bisa nganterin aku. Gimana kalo Kak Aya aja yang nganterin…?”

          “hmm…maaf..Kei….kayanya Kak Aya gabisa … so..soalnya….”

Tiba-tiba Kak Sai bergabung dengan kami…

          “Heehh…Kei…!! Sejak kau disini kita kan blum pernah jalan-jalan! Gimana kalo aku aja yang nganterin kamu ke Taman Hachikoen??”, Kak Sai menawarkan diri. ”Ayappe, masuk kamar sana!!”, bentak Kak Sai kepada Kak Aya.

          Tumben Kak Sai baik… waaah…pasti dia punya maksud tertentu!! Tidak…aku tidak mau.. dia pasti akan menganiayaku, atau jangan-jangan dia mau menjualku?? Yaaa…pasti begitu… dia pasti mau menjualku kepada om-om hidung belang. Oh…aku tidak menyangka Kak Sai begitu. Tidak…dia memang bejat…. Ooh…aku baru tau ternyata orang Jepang sama saja dengan orang Indonesia, aku berkata dalam hati dengan yakin.

          “Heii gila.. mau dianterin ga??”, bentak Kak Sai. Tapi aku tak bergeming. “Keiiiiii… weiii kenapa bengong?? Saya cakep ya?? Hahahahha… ga usaah sampe melongo gitu deh ngeliatnya…!! Mukanya jadi tambah bloon. Hahahaha…” Lagi-lagi Kak Sai membanggakan dirinya.

          Apa benar orang yang ada dihadapanku ini kakaknya Ranpyon?? Bukan…dia pasti bukan Saito Amakusa. Dia pasti orang gila yang menyamar sebagai Kak Sai. Dia pasti orang gila yang memanfaatkan kemiripan wajahnya untuk mengeruk keuntungan dari keluarga Amakusa. Yaaa..pasti begitu… dan Kak Sai yang asli saat ini sedang dikurung di dalam gudang!!, pikirku sepersekian detik, yang membuat otakku kelihatan seperti orang gila.

          Tapi tuduhan ini sebenarnya bukan tanpa alasan. Menurut Ran, Kak Sai yang besok akan menjadi anak kelas 3 SMA adalah siswa populer di sekolah. Kak Sai adalah idola para cewek. Hal ini terbukti dari pendapatan cokelat pada hari valentine, dalam dua tahun terakhir ini Kak Sai mendapat predikat sebagai ‘cowok yang mendapat cokelat valentine terbanyak’. Tapi menurutku, Kak Sai yang ada dihadapanku ini tidak mempunyai karisma sebagai idola. Sifatnya yang menyebalkan pun pasti membuat para cewek jadi illfeel. Jadi aku berfikir,pasti orang yang ada di hadapanku ini bukan Kak Sai.

          Tetapi akhirnya aku pergi ke Taman Hachikoen dengan Kak Sai.

***

           Taman Hachikoen terletak tidak jauh dari Shibuya. Jadi sebelum kami kesana, kami jalan-jalan berkeliling Shibuya. Tadinya aku mau naik kereta bawah tanah menuju Akihabara, tempat penjualan elektronik terbesar di dunia. Tapi kelihatannya Kak Sai tidak menginginkan itu, maka kami segera menuju Taman Hachikoen. Mungkin karena sedang libur, taman itu menjadi sangat ramai. Lalu Kak Sai berjalan menuju patung anjing di tengah taman, aku mengekor saja dari belakang. Setelah mencari-cari selama sepuluh menit, akhirnya kami bisa mendapatkan tempat duduk.

          “Kei..kau tau tidak??? Ayappe itu….” Kak Sai memulai pembicaraan, wajahnya serius.

          “Kak Sai.. Kak Aya itu kan kakakmu!! Kenapa kau panggil dia Ayappe?? Ga sopan tau!!”, tiba-tiba aku punya keberanian untuk menceramahi Kak Sai.

          “Ayappe itu panggilan sayangku untuknya… Hmm… Kei…Kei… kau tau???”, Kak Sai bertanya seperti orang bingung.

          “Apa??”

          “Kau tau alasan kenapa Ayappe tidak bisa mengantarmu hari ini???”

          “Haah??”, aku benar-benar bingung, perasaanku jadi tidak enak.

          “Sebenarnya Ayappe baru saja didiagnosa menderita penyakit….uhm..”

          “Haah??”

“Dia menderita penyakit.. uhmm… semacam penyakit yang menjurus kepada kanker kulit ”, Kak Sai berkata sambil menghela nafas.

“Haah??”, lagi-lagi aku mengeluarkan kata ‘Haaah??’.

“yaa… tepatnya dia menderita Xeroderma Pigmentosum.”

“Penyakit apa itu Kak??” tanyaku.

“Xeroderma Pigmentosum itu adalah suatu penyakit pada kulit yang jarang dijumpai, dimana kulit sangat peka terhadap sinar matahari terutama sinar ultra violet”, jelas Kak Sai.

“Kalo Kak Aya ga boleh kena sinar matahari, berarti Kak Aya cuman bisa keluar malem aja dong??”

Kak Sai menganggukan kepala, terlihat ketidakrelaan untuk mengakui semua itu.

           “Emangnya kalo kena sinar matahari kenapa??”, aku bertanya dengan cemas.

          “Akan timbul bercak-bercak pada kulitnya, dan ini menjurus ke arah kanker kulit. Bila penderitanya terkena sinar matahari lebih dari 5 menit saja, bisa menyebabkan kematian”, Kak Sai menjelaskan padaku sambil menatap langit biru.

          Hatiku sakit.. kepalaku mendadak pusing.. air mataku pun mengalir deras..
***

          “Sousa Kanashimi wo yasashisa ni. Jibun rasisha wo chikara ni. Mayoinagara demo ii arukidashite. Mou ikkai.. mou ikkai..”

          Saat lagu ost naruto berjudul ‘Kanashimi wo yasashisa ni’ yang dinyanyikan little by little terdengar, aku pun terbangun. Lalu dengan segera kumatikan alarm hp ku itu. Kalau di Indonesia, aku tak perlu lagi menyetel alarm, karena ketika mendengar adzan Shubuh secara otomatis aku akan terbangun. Memang benar, kita baru menyadari sesuatu  yang penting begitu kita merasakan kehilangan. Begitu pula yang terjadi padaku, disini aku sangat merindukan adzan yang hanya bisa kudengarkan lewat internet.

          Di Jepang aku belum pernah ke mesjid, karena keluarga Amakusa ini menganut agama Shinto. Jadi aku agak tidak enak hati untuk minta mereka mengantarkanku. Sudah kuputuskan pulang sekolah nanti aku akan berangkat sendiri kesana. Ran sudah memberitahukan alamat mesjid yang terdekat dengan sekolahku.

Mesjid At-Tauhid
Najito Biru 36-6
Hiraoka Hachiory City, Tokyo

***


Meskipun berat kulangkahkan kakiku ke kamar mandi untuk berwudhu. Lalu ketika melewati kamar Kak Aya aku mendengar isakannya. Hatiku perih..

          Selesai salat, aku mencari ide untuk menghibur Kak Aya. Kupandangi buku-buku koleksiku satu persatu. Aku mencari buku yang kiranya bisa membangkitkan semangat Kak Aya. Hmm…
-          Harry Potter 1-7, buku favoritku
-          24 Wajah Billy dan Sybill, kisah orang yang memiliki kepribadian jamak
-          The Da Vinci Code, buku favoritku juga
-          Dunia di Balik Kaca, kisah orang autis

Dan……. Ya ampun…. Semua bukuku kan bahasa Indonesia. Gimana Kak Aya bacanya??

***

Aku keluar dari kamarku dengan menggunakan seragam baruku. Seragamnya kereeeeen…banget!! Sebenernya hal ini ga aneh, karena di Jepang seragam sekolah sering kali di anggap sebagai suatu bagian dari mode fashion dan life style. Aku menggunakan seragam gaya barat, kemeja warna putih, dasi bersimpul, rok tartan, blazer, sepatu peany loafer warna hitam, juga loose sock. Pokoknya keren banget dehh..

Ketika aku mau ke kamar Ranpyon, terlihat olehku Kak Sai yang masuk ke kamar Kak Aya. Aku mengintip dari luar. Waaah..sejak kapan aku jadi gemar mengintip??? Tapi aku benar-benar penasaran. Ngapain sih si Saito yang narsis itu ke kamar Kak Aya?

Saat itu yang kulihat hanyalah Kak Sai  yang meberikan sebuah DVD. ‘One litre of tears’ yaa..itu judulnya.. aku pernah menontonnya sewaktu di Indonesia. Ceritanya mengenai Aya Ikeuchi yang mengidap penyakit Spinocerebellar Degeneration. Tetapi meskipun begitu dia tetap optimis menjalani hidupnya hingga akhir.

“Ayappe, sudahlaah jangan bersedih terus!!”, bentak Kak Sai sambil berlalu “oooh..ya jangan lupa ditonton ya DVDnya!!”

Aku tersenyum melihat adegan itu. Akhirnya aku percaya dia Kak Sai yang asli, karena dia sangat menyayangi Kak Aya.

***
          “Aku pulang!!”, ucapku sambil masuk rumah. Aku sangat gembira, hari pertamaku masuk sekolah sangat menyenangkan. Hari ini aku pulang sendiri, karena tadi aku pergi ke mesjid dulu. Hatiku menjadi tenang sekali….

          “Keiii..ayo sini!! Konser Super Junior bulan lalu ditayangkan lagi hari ini”, kata Ranpyon bersemangat.

          Aku segera bergabung tanpa mengganti pakaian terlebih dahulu. Dan ternyata Kak Sai juga belum mengganti seragamnya. Ehh..

          “Kak Sai, ada apa dengan blazermu??? Kok kancingnya tinggal satu??” aku menatap blazer Kak Sai dengan bingung.

          “Naaah..beginilah akibatnya jadi orang populer!! Ran ayo jelaskan pada si cerewet Kei!!”

          “Kei..di Jepang itu ada semacam kebiasaan. Setelah upacara kelulusan, para cewek akan meminta kancing orang yang disukainya. Sementara kancing cowok populer akan diperebutkan oleh para fansnya”, jelas Ran.

          “upacara kelulusan?? Ini kan baru upacara awal semester!!”, aku makin bingung.

          “Naah..itu gara-gara aku sangat populer, jadi mereka ketakutan saat kelulusan nanti ga akan kebagian”, ucap Kak Sai dengan bangga.

          “ahh…jangan terlalu di dramatisin.. kulihat kau tak sepopuler itu.. buktinya kancingnya masih tersisa.”

          “keii..kau tidak mengerti!! Kancing no dua itu spesial, jadi harus diberikan kepada orang yang spesial pula. Dan aku tak akan memberikannya ke sembarang orang”, kata Kak Sai.

          “Sudahlah itu tidak penting.. Keii.. lihat ini!!”, Ran memotong pembicaraanku dengan Kak Sai dan memperlihatkan hp nya.

          “Bukankah itu foto tas??”, tanyaku.

          “yapp..benar..tapi ini bukan sembarang tas. ini tas Chieki-kun” 

          ”Lalu apa istimewanya??? Cuma foto aja kan??”

          ”Kei...ini tas Chieki-Kun. Kaka kelas kita yang keren itu loo... Aku akan mengabadikannya. Lalu besok aku akan memfoto baju olahraganya. Lalu wajah tampannya... dan akhirnya cintanya akan jadi milikku”, Ran mengoceh tanpa henti.
          ”STOOP..Ranpyon!!! aku sudah mengerti..”, bentakku pada Ran.

          Aku segera beranjak menuju kamarku. Merasa itu hal terbaik yang bisa aku lakukan daripada aku tambah pusing. Huuuh...ORANG ORANG JEPANG ITU ANEH SEKALII..

          Tapi ketika aku naik tangga terdengar teriakan Kak Sai...

          ”Keii.. besok kita akan melihat perayaan Tanabata”

***
         
Hari ini tanggal 7 Juli. Aku merayakan peryaan Tanabata ini bersama Kak Sai dan Kak Aya (aku memaksanya). Sedangkan Ran pergi reuni dengan teman-teman SMP-nya. Hari ini aku memakai yukata (sejenis kimono yang lebih tipis dan praktis terbuat dari bahan katun) yang baru kubeli di Shibuya. Begitu juga dengan Kak Aya, dia terlihat sangat cantik. Sedangkan Kak Sai memakai hitoe (kimono untuk cowok). Hmm...harus kuakui Kak Sai terlihat sangat keren.

          Kata Kak Aya perayaan Tanabata (Festival Bintang) ini merupakan percampuran sebuah legenda Cina dengan kepercayaan Jepang kuno mengenai dua buah bintang yang terletak di kedua ujung Bimasakti yaitu bintang Alfair (si pengembala) dan bintang Vega (si penenun). Mereka dihukum oleh raja dewa karena terlalu banyak bermain sehingga hanya dapat bertemu satu tahun sekali yaitu pada tanggal 7 Juli.

          Perayaan Tanabata ini ramai sekali. Banyak pedagang yang menggelar dagangannya secara teratur dan rapi. Ada yang menjual makanan, dan ada juga yang menggelar permainan dengan hadiah beragam.

          Kami bermain macam-macam. Diantaranya adalah Kingyou Sukui pemainan  memancing ikan mas kecil dengan saringan kertas, Kak Sai berhasil melakukannya dan mendapat sebuah lampion kecil. Setelah itu kami mencoba bermain wanabe, permainan lempar gelang yang berhadiah boneka kelinci imut-imut. Lalu yoyo sukui, memancing balon warna-warni dengan sebuah kait. Dan pada permainan ini aku berhasil mendapatkan balon air.

          Setelah puas bermain, kami mencari-cari stan makanan. Dan kalian tahu?? Aku makan banyak sekali. Aku makan makan takoyaki, yakisoba, yaki-toumorokoshi, oden, dan inarizushi. Wah semuanya enaaaak!! Lalu setelah itu aku menyaksikan pertunjukan daiko dan bon-odori.

          ”Daiko itu permainan tabuh genderang yang biasanya dimainkan pada Natsu Matsuri (Festival yang diramaikan oleh pasar malam dan perayaan kuil). Sedangkan Bon Odori adalah tarian yang mengiringi Daiko”, jelas Kak Aya dengan sabar ketika aku melongo mendengar istilah itu.

          o...ya aku juga membeli dua buah omamori (jimat keberuntungan) yaitu Kanai Anzen jimat keberuntungan untuk kesehatan, dan Gakugyo Jojo jimat untuk para pelajar sekolah agar sukses dalam studi.

          Pada akhir acara juga diadakan Hanabi Taikai atau pertunjukan kembang api yang meriah. Aku memandang langit dengan perasaan bahagia. Pokoknya hari ini aku seneng banget..!!

***
         
Pada perayaan Tanabata, orang-orang merayakannya dengan menuliskan keinginan atau harapan mereka di kertas warna-warni yang kemudian digantungkan di cabang-cabang pohon bambu atau di hanyutkan di sungai. Karena orang-orang di kota kebanyakan tinggal di apartemen dan sulit menemukan pohon bambu, di Stasiun kereta biasanya disediakan pohon bambu beserta potongan kertasnya.

         Maka sebelum pulang kami mampir dulu ke Stasiun. Kami menuliskan keinginan dan menggantungkannya di pohon bambu tersebut. Setelah lama berfikir, akhirnya aku menuliskan satu permintaan.

”Aku ingin Kak Aya semangat kembali”


***


          Keesokan harinya untuk pertama kalinya sejak Kak Aya pulang dari Rumah Sakit, Kak Aya ikut sarapan pagi bersama. Suasana sarapan hari itu hening, semua orang tertegun dengan kemunculan Kak Aya.

          Tiba-tiba Kak Aya bicara sambil memandang kami semua..

          “Hmm..ayah...ibu..Sai..Ran..Kei.. maafkan Aya ya?? Aya benar-benar minta maaf.. Aya takuut..Aya belum siap nerima ini semua..tapi kini Aya sadar.. ini takdir Aya..”

          ”Terima kasih Sai..ini karena kamu.. Tadinya Kaka ga ngerti maksud kamu  nyuruh Kaka nonton dvd itu.. Karena Kaka sebenernya udaa pernah liat.. Tapi ketika Kaka lihat lagi.. Kaka ngerti maksud kamu..  ngerti gimana perasaan kalian semua... Aya tau.. Semua ingin Aya seperti Aya Ikeuchi.. Aya yang Kuat dan tetep semangat meskipun tahu hidupnya sebentar lagi... Aya mulai hari ini akan berusaha..... berusaha tersenyum... ” ujar Kak Aya sambil terisak.

          Aku, Ran, dan Bibi tak kuasa menahan tangis. Bibi pun memeluk Kak Aya, sambil mengusap rambutnya dan mencium keningnya. Paman dan Kak Sai berlagak tegar, karena dalam diam mereka itu aku bisa melihat matanya yang panas.. terlihat kepedihan mendalam..

Suasana haru menyelimuti kami...

          Tiba-tiba Kak Sai melepas kancing blazernya, ”Aya aku berikan kancing no dua yang spesial untuk orang yang spesial pula”

          Kak Sai menyerahkan kancing itu ke tangan Kak Aya sambil tersenyum.

          ”Saiiii...” Kak Aya terpana, pipinya basah karena air mata.

”Aku sayang kalian...” lanjutnya.

Kak Sai hanya tersenyum dan bergegas mengambil tasnya sambil berjalan keluar, ”Aku berangkat ya!!”.

Aku dan Ran menatap Kak Sai dengan kagum.. Kak Sai kereeen deh!! Desiran halus menyelimuti hatiku. Aku tersenyum.. Aku sangat menyayangi Kak Sai.. Tentu saja rasa suka seorang adik terhadap kakaknya. Aku menatap sosoknya dengan bangga.

Aku dan Ran berlari mengejar Kak Sai untuk menyamai langkahnya. Dia  menggoda kami berdua yang terus menatapnya kagum.. Tapi lama-kelamaan Kak Sai tersenyum melihat tingkah laku kami, dia pun mengelus kepala kami berdua.

Ayah...Ibu....aku sangat merindukan kalian...
Ayah...Ibu....aku janji akan selalu semangat seperti Kak Aya
Ayah...Ibu....musim panas di Jepang kali ini sangat indah karena aku di kelilingi oleh orang-orang yang menyayangiku...

***
 


No comments:

Post a Comment